Jumat, 20 Mei 2011

Kerajaan Islam Malaka

PENDAHULUAN    
Pada akhir abad XIV dan pada awal abad XV, pengaruh Majapahit diseluruh Nusantara mulai berkurang. Pada masa itu pula berdiri suatu Negara perdagangan Melayu yang baru di Nusantara bagian Barat yaitu Kerajaan Malaka.
Asal usul Kerajaan Malaka dikatakan didirikan oleh seorang putra keturunan dari Kerajaan Sriwijaya yang berhasil meloloskan diri sewaktu terjadi penyerangan Majapahit tahun 1377 dan tiba di Malaka Tahun 1400.
Prameswara menjadi pendiri Kerajaan Malaka hingga nantinya Malaka dimungkinkan merupakan kerajaan yang terbesar diantara kerajaan-kerajaan perdagangan yang menganut agama Islam. Pertumbuhan Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh ramainya perdagangan internasional Samudera Hindia. Pelabuhan Malaka dijadikan sebagai tempat persinggahan para pedagang dari berbagai bangsa, terutama pedagang yang beragama Islam.
Berdirinya Kerajaan Islam Malaka
Kesultanan Melaka (1402 - 1511) adalah sebuah kesultanan yang didirikan oleh Parameswara, seorang putra Melayu berketurunan Sriwijaya. Parameswara merupakan turunan ketiga dari Sri Maharaja Sang Utama Parameswara Batara Sri Tri Buana (Sang Nila Utama), seorang penerus raja Sriwijaya. Sang Nila Utama mendirikan Singapura Lama dan berkuasa selama 48 tahun. Kekuasaannya dilanjutkan oleh putranya Paduka Sri Pekerma Wira Diraja (1372 – 1386) yang kemudian diteruskan oleh cucunya, Paduka Seri Rana Wira Kerma (1386 – 1399). Parameswara, putra dari Seri Rana Wira Kerma mengungsi dari Blambangan ke Tumasik (Singapura), karena takut akan serangan balasan raja Pahang yang datang ke Tumasik dengan armadanya untuk membalaskan kematian saudaranya yang dibunuh oleh Parameswara. Daerah Tumasik dianggap kurang aman dan kurang sesuai untuk mendirikan kerajaan. Karena itu, Parameswara beserta pengikutnya melanjutkan perjalanannya ke arah utara dan akhirnya tiba di Malaka pada tahun 1400 [1]yang pada waktu itu masih merupakan desa kecil di pantai barat Semenanjung, dan menjadi sarang perompak, bajak laut, dan nelayan. Dikampung Malaka itu dalam waktu singkat Parameswara menjadi orang yang paling berkuasa.
            Pada tahun 1403, seluruh Tiongkok dikuasai oleh kaisar Yung-lo dari Rajakula Ming. Sejak Yung-lo alias Ch’eng tsu, demi peningkatan kesejahteraan rakyatnya dan demi kepentingan istananya dia berusaha memperbaiki hubungan dagang dan politik luar negeri. Perencanaan pemulihan itu diserahkan kepada cheng Ho alias Sam Po Bo. Perutusan pertama dipimpin oleh Laksamana Ying Ching, dikirim pada tahun 1403 menuju Jawa dan Kalikut, perutusan kemudian singgah di Malaka. Parameswara menggunakan kesempatan mendadak itu. Sebagai orang yang berkuasa di kampung Malaka, ia menemui laksamana Yin Ching dan meminta supaya diakui oleh Kaisar Tiongkok sebagai penguasa pantai Malaka. Yin Ching, yang memang bertugas untuk mencari hubungan dengan Negara-negara asing segera menyanggupinya. Akibat pengakuan itu, ia akan memperoleh perlindungan dan bantuan dari Tiongkok, jika Malaka suatu saat nanti di serang Siam. Untuk memperoleh pengakuan itu Parameswara mempersembahkan bungan emas sebanyak 40 tahil kepada laksamana Yin Ching.[2]
            Pada tahun 1405, raja Parameswara segera mengirim utusan ke istana Peking untuk secara resmi minta pengakuan dari kaisar Yung-lo. Utusan dikaruniai sebuah cap, pakaian dari kain sutra dan pajong kuning, suatu bukti besar bahwa kaisar yung-lo memberikan pengakuan secara resmi kepada Negara Malaka, yang dipimpin oleh Parameswara. Namun pengakuan itu tidak dapat membendung Siam untuk menyerbu Malaka, tahun 1409 Siam menyerbu Malaka pada tahun itu juga armada Tiongkok dibawah pimpinan laksamana Cheng Ho alias Sam Po Bo singgah di Malaka. Untuk menunjukkan kepada Siam bahwa Tiongkok benar-benar bersahabat dengan Malaka. Barang siapa yang mengganggu ketentraman Malaka, akan mendapat serangan dari pihak armada Tiongkok. Cheng Ho menghadiahkan genting kepada raja Parameswara untuk mengatap istana.
Dua tahun kemudian, Parameswara mengadakan kunjungan balasan ke istana Peking dengan pengiring sebanyak 540 orang. Kunjungan itu disambut meriah oleh kaisar.  Kunjungan itu benar-benar mempererat hubungan antara Tiongkok dengan Malaka. Sejak itu tentara Siam tidak berani lagi menginjakkan kakinya di Malaka.
            Berkat persahabatannya dengan Raja Tiongkok, kedudukan raja Parameswara semakin hari bertambah kuat. Raja Parameswara mulai menyempurnakan pelabuhan Malaka demi kesejahteraan rakyatnya. Malaka menjadi Bandar yang kaya raya, raja Parameswara juga memberikan jaminan keamanan kepada setiap saudagar yang datang dengan perahunya di pelabuhan Malaka.[3]
Aktivitas perdagangan di Selat Malaka pada waktu itu didominasi oleh pedagang islam. Tampaknya pada masa akhir pemerintahannya (1402-1414) dia menganut agama Islam dan memakai nama Iskandar Syah[4] dan menjadikan Kerajaan Malaka sebagai Kerajaan Islam.
Berdasarkan laporan dari kunjungan Laksamana Cheng Ho pada 1409 menyiratkan bahwa Parameswara kemudian menganut agama Islam setelah menikahi putri Pasai. Pada saat itu Parameswara masih berkuasa,dan raja dan rakyat Melaka sudah menjadi muslim.
          Dalam Hikayat Patani terdapat cerita tentang peng-islam-an raja Patani yang bernama Paya Tu Naqpa dilakukan oleh seorang dari Pasai yang bernama Syaikh Sa’id karena berhasil menyembuhkan raja Patani itu. Setelah masuk islam raja berganti nama yaitu sultan Islmail Syah Zaizullah Fil’alam dan juga ketiga putra dan putrinya yaitu Sultan Mudhaffar Syah, Siti Aisyah, dan Sultan Mansur. Pada masa pemerintahan Sultan Mudhaffar Syah dating seorang ulama lagi dari Pasai yang bernama Syaikh Saifuddin yang atas perintah raja ia mendirikan mesjid untuk orang-orang muslim Patani.[5]
Sejarah Melayu menuliskan kisah mengenai masuk islamnya Raja Malaka. Raja ini juga bermimpi bahwa Nabi menampakkan diri kepadanya, mengajarinya cara mengucapkan dua kalimat syahadat, memberinya nama baru Muhammad, dan memberitahukannya bahwa hari berikutnya akan tiba sebuah kapal dari negeri Arab yang mengangkut seorang ulama yang harus dipatuhinya. Setelah terjaga, raja itu mendapati bahwa dirinya telah dikhitan secara gaib. Kemudian kapal pun tiba, dari kapal itu turunlah Sayid Abdul Aziz untuk bersembayang dipantai. Penduduk terheran heran dan menanyakan arti dari gerakan-gerakan ritual itu. Raja memberitahu bahwa kesemuanya itu sama seperti yang ada dalam mimpinya. Sesudah itu, para pejabat istana mengikutinya memeluk Islam. Raja itu pun menyandang gelar Sultan Muhammad Syah dan memerintah seluruh rakyatnya untuk memeluk islam. Sayid Abdul-Aziz kemudian menjadi guru raja.[6]
Pada 1414 Parameswara digantikan putranya, Megat Iskandar Syah.  Megat Iskandar Syah memerintah selama 10 tahun, dan digantikan oleh Muhammad Syah. Putra Muhammad Syah yang kemudian menggantikannya, Raja Ibrahim, tampaknya tidak menganut agama Islam, dan mengambil gelar Seri Parameswara Dewa Syah. Namun masa pemerintahannya hanya 17 bulan, dan dia mangkat karena terbunuh pada 1445. Saudara seayahnya, Raja Kasim, kemudian menggantikannya dengan gelar Sultan Mudzaffar Syah.[7] Di bawah pemerintahan Sultan Mudzaffar Syah Malaka melakukan ekspansi di Semenanjung Malaya dan pantai timur Sumatera (Kampar dan Indragiri). Ini memancing kemarahan Siam yang menganggap Melaka sebagai bawahan Kedah, yang pada saat itu menjadi vassal Siam. Namun serangan Siam pada 1455 dan 1456 dapat dipatahkan. Di bawah pemerintahan raja berikutnya yang naik tahta pada tahun 1459, Sultan Mansur Syah, Melaka menyerbu Kedah dan Pahang, dan menjadikannya negara vassal. Di bawah sultan yang sama Johor, Jambi dan Siak juga takluk. Dengan demikian Melaka mengendalikan sepenuhnya kedua pesisir yang mengapit Selat Malaka.
Mansur Syah berkuasa sampai mangkatnya pada 1477. Dia digantikan oleh putranya Alauddin Riayat Syah. Sultan memerintah selama 11 tahun, saat dia meninggal dan digantikan oleh putranya Sultan Mahmud Syah.  Mahmud Syah memerintah Malaka sampai tahun 1511, saat ibu kota kerajaan tersebut diserang pasukan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque. Serangan dimulai pada 10 Agustus 1511 dan berhasil direbut pada 24 Agustus 1511. Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan dan mendirikan ibukota baru di sana. Pada tahun 1526 Portugis membumihanguskan Bintan, dan Sultan kemudian melarikan diri ke Kampar, tempat dia wafat dua tahun kemudian. Putranya Muzaffar Syah kemudian menjadi sultan Perak, sedangkan putranya yang lain Alauddin Riayat Syah II mendirikan kerajaan baru yaitu Johor.
Daftar raja-raja Malaka
  1. Parameswara (1402-1414)
  2. Megat Iskandar Syah (1414-1424)
  3. Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
  4. Seri Parameswara Dewa Syah(1444-1445)
  5. Sultan Mudzaffar Syah (1445-1459)
  6. Sultan Mansur Syah (1459-1477)
  7. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
  8. Sultan Mahmud Syah (1488-1528)
KESIMPULAN
Kerajaan Malaka yang terletak disemenanjung Malaya didirikan oleh Parameswara, putra Melayu keturunan Sriwijaya yang melarikan diri ke daerah Malaka dari pengejaran tentara Siam.
Parameswara kemudian mengadakan hubungan kerjasama dengan Tiongkok untuk meperkuat kekuasaanya. Malaka pada akhirnya menjadi pelabuhan yang kaya raya.
Proses islamisasi di Malaka erat kaitannya dengan kerajaan Pasai dimana Parameswara menikahi putrid Pasai.

DAFTAR PUSTAKA
Ricklefs. M.C. Sejarah Indonesia Modren 1200-2008. Jakarta: Serambi, 2008.
Kartodirdjo, Sartono. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1999. 
Muljana, Slamet. Runtuhnya Kerajaan Hindu – Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara. Yogyakarta, Lkis Printing Cemerlang,2005.
Sejarah Nasional Indonesia III



[1] M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modren 1200-2008 (Serambi/Jakarta,2008),hlm. 36.

[2] Prof. Dr. Slamet Muljana,Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara,hal.143.
[3]Ibid, Prof. Dr. Slamet Muljana. hal 142
[4] Ibid M.C. Ricklefs., hlm 37.
[5] Sejarah Nasional Indonesia III
[6] Ibid M.C. Ricklefs,. hlm 17.                                                      

[7] Ibid M.C. Ricklefs,. hlm 37.

1 komentar:

  1. SEGA | TITanium Art
    A new world for Sega titanium pickaxe terraria consoles and arcade cabinets, this titanium app new-found titanium coating piece of artwork reimagined and reimagined titanium hair trimmer by Toto, with the help of the Japanese titanium post earrings

    BalasHapus