Jumat, 20 Mei 2011

Politik Perdagangan VOC di Kerajaan Banjar

Politik Perdagangan VOC di Kerajaan Banjar
Jelita Silalahi
Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Jakarta
Abstrak
Makalah ini mendiskusikan perihal latar belakang VOC melakukan monopoli perdagangan lada di Kesultanan Banjar. Kasus yang dipaparkan adalah Bagaimana VOC melakukan monopoli perdagangan pada masa Kesultanan Banjar maju pesat di abad ke-17 dan perpecahan atau konflik didalam kerajaan Banjar dan campur tangan kumpeni hingga penetrasi kumpeni di Banjarmasin.

Pendahuluan
Perkenalan pertama orang Banjar dengan Belanda terjadi ketika beberapa pedagang Banjar melakukan aktivitas perdagangan di Banten dalam tahun 1596. Akibat sikap Belanda yang sombong menyebabkan mereka tidak memperoleh lada di Banten dengan kata lain para pedagang di Banten tidak mau menjual lada kepada para pedagang Belanda. Sementara itu di pelabuhan Banten berlabuh dua buah jung dari kerajaan Banjarmasin yang dibawa pedagang-pedagang Banjar. Dua jung tersebut memuat lada yang merupakan “dagangan primadona” kerajaan Banjarmasin pada abad ke-17.
Karena tidak memperoleh lada di Banten, maka Belanda merampok lada dari dua buah kapal jung orang Banjar. Peristiwa ini,kesan awal orang Banjar terhadap Belanda sebagai kesan buruk. Bagi Belanda sendiri, pertemuan dengan orang Banjar tersebut menambah informasi tentang asal-usulnya datangnya lada itu, sehingga timbul keinginan untuk mengetahui daerah Banjarmasin . kemudian Belanda mengirim sebuah ekspedisi ke daerah Banjarmasin pada tanggal 17 juli 1607 yang dipimpin oleh Koopman Gillis Michielzoon. Utusan dan seluruh anggotanya diajak ke darat, dan kemudian seluruhnya di bunuh serta harta benda dan kapalnya di rampas.[1]
Dalam tahun 1610 armada Belanda tiba di Banjarmasin untuk membalas atas ekspedisi Gillis Michielzoon tahun 1607. Armada ini menjelang Banjarmasin dari arah pulau Kembang,menembaki Kuyin, ibukota kerajaan Banjarmasin. Penyerangan ini menghancurkan Banjar Lama atau kampung keraton dan sekitarnya,merupakan istana Sultan Banjarmasin karena itu Sultan Mustain Billah,Raja Banjarmasin yang ke 4 memidahkan ibukota kerajaan Banjarmasin dari Kuyin yang hancur ke Kayutangi, Martapura .[2]
Belanda meminta maaf atas perbuatannya merampok kapal Kerajaan Banjar dalam pelayaran perdagangan ke Brunai pada 4 juli 1626. Tapi meskipun kesalahan dalam pertikaian antara kedua bangsa ini telah di hapus, kontrak dagang antar 2 negara belum dapat diwujudkan, karena kapal-kapal Banjar diarahkan menekan harga Belanda, perdagangan kerajaan Banjar diarahkan ke Chocin Cina dan Makassar sehingga Belanda merasa di rugikan akibat perpindahan rute dagang.

VOC Melakukan Tindakan Monopoli
 Bulan Juli 1633 wakil Kompeni Belanda G. Corszoon tiba di Banjarmasin, kedatangan Kompeni Belanda hanya digunakan sebagai tameng dari serbuan Mataram semata. Pertemuan antara Sultan dengan wakil kompeni armada Belanda, bahwa Belanda akan diberi monopoli asal Belanda bersedia menjamin keamanan pelayaran Orang Banjar terhadap serangan dari Mataram.
Namun kedatangan kapal Pearl Inggris  di Banjarmasin, Tewseling dan  Gregory tanggal 17 Juni 1635 menambah masalah baru, sebab Inggris juga meminta diperbolehkan secara resmi, untuk ikut berdagang dan mendirikan factory, yang bagi VOC tentunya membahayakan eksistensinya di Banjarmasin. Sultan memberi izin pada VOC membangun factory, sedangkan terhadap Inggris Sultan sangat marah. Hal ini disebabkan Inggris telah menghasut orang Makassar, agar menyerang Banjarmasin. Penolakan Sultan atas Inggris tidak seluruhnya disetujui kerabat istana Banjarmasin,  sehingga menimbulkan pro- Inggris dan pro - Belanda.
Perjanjian disepakati pada 4 September 1635, Sultan diwakili oleh Syahbandar Ratna Diraja Goja Babouw dan pertemuan diadakan di Batavia. Inilah kontrak dagang pertama yang diadakan Kerajaan Banjar dengan Kompeni Belanda.[3] Kompeni Belanda di wakili oleh : Hendrik Brouwer, Anthonie van Diemen, Jan van der Burgh, Steven Barentszoon. Dalam perjanjian antara lain disebutkan :
a. Banjarmasin tak akan menjual atau mengekspor ladanya selama di Banjarmasin masih ada orang-orang VOC ataupun kapal-kapalnya.
b. Peminjaman uang sejumlah 3.000 real kepada Sultan yang akan dibayar kembali dengan lada seharga 5 real sepikulnya.
c. Pinjaman ini yang dibelikan kepada picins dan barang-barang lainnya atas nama Sultan boleh diangkut tanpa bea oleh kapal-kapal VOC.

Konflik Intern Kerajaan Banjar
Setelah penandatanganan kontrak dengan Banjar, orang Belanda tidak hanya membatasi diri pada perdagangan,tetapi juga turut campur dengan persoalan politik dalam negeri kerajaan Banjar. Ketika  Banjarmasin mengalami banyak perpecahan intern yang disebabkan oleh konflik dinasti. Kehadiran unsur asing didaerah itu juga mengakibatkan akselerasi faksionalisme atau perpecahan dikalangan istana khususnya dan diantara penguasa setempat. Raja yang di dukung kompeni akhirnya tidak dapat menguasai keadaan. Di pihak lain, akibat campur tangan kompeni dalam urusan dalam negeri, semua penghuni kantor dagang Belanda di Kayutangi,Martapura di bunuh oleh golonan anti-Belanda. [4]
Tamjidullah raja Banjar pada masa itu berusaha mengalihkan kekuasaan dan hak mewarisi tahta keketurunannya sendiri, Natanegara. Kecuali menunda penobatan Mohamad yang pada saat itu adalah putra menantu. Mohammad kemuadian mengerahkan pengikutnya untuk bermukim di Tabanio, suatu tempat strategis dari mana pelayaran sekitar Banjar masin dapat diawasi. Dengan memakai kekerasan dan paksaan muatan kapal – kapal yang lewat dirampas. Tidak hanya untuk memperoleh kekayaan dan menghidupi rakyatnya tetapi juga sangat memukul perdagangan di Banjarmasin. Dalam  menghadapi situasi konflik itu wakil VOC Paravinci, menjalankan politik mendua untuk memperoleh keuntungan dari kedua pihak. Pada tahun 1759 Mohammad dan pasukannya berhasil memaksa Tamjidullah untuk menyerahkan tahta kepadanya maka pada tanggal 3 Agustus 1759 dia naik tahta dengan gelar Sultan Mohammad Aliuddin Aminullah.
Pemerintahannya hanya berjalan selama satu tahun, kemudian meninggal karena penyakit dada, proses unsurpasi tahta kerajaan Banjarmasin oleh Wangsa P. Natanegara berjalan terus[5] dengan pengangkatan putra Natanegara, Sultan Sulaiman Saidullah sebagai pangeran. Dua dari tiga anak Mohammad Aliuddin Aminullah yang diberikan hak asuhnya nya kepada Natanegara, Abdullah dan Rahmat meninggal dibunuh, pangeran Amir menyadari atas setiap kejadian yang terjadi pada saudaranya, dia meminta izin untuk melaksanakan ibadah haji ke Mekkah akan tetapi dia tidak pergi haji melainkan mengunjungi Pamannya Arung Tarawe di Pasir. Arung Tarawe yang merupakan suku Bugis menyanggupi memberi bantuan pada pangeran Amir untuk menyerang Martapura untuk merebut tahta dari Pangeran Natanegara.[6] Perjanjian ini yang menyebabkan peperangan dan sebagai peristiwa  yang terburuk bagi Kesultanan Banjarmasin, sebab dalam peperangan perebutan tahta ini bangsa Belanda dan orang - orang Bugis ikut campur tangan dimana Banjar mempunyai antipati terhadap orang bugis. Pada tahun 1785 Pangeran Amir dengan bantuan Arung Tarawe menyerang Martapura. Peperangan ini melibatkan pertentangan antar suku, yaitu suku Banjar dan suku Bugis, juga melibatkan orang Belanda sebagai bangsa yang “haus daerah”, untuk dijadikan tanah jajahan. Di Tabanio pasukan Bugis melakukan pembunuhan terhadap rakyat yang tidak berdosa yang tidak mengerti persoalan dan tidak mengerti perebutan tahta, pemusnahan kebun lada, sumber potensial dari perdagangan Kesultanan Banjarmasin dan  sumber penghasilan rakyat, menawan rakyat dan selanjutnya dijadikan budak oleh orang Bugis, hal ini menyebabkan  terjadinya pertentangan suku, suku Bugis dan suku Banjar. Hal ini pula menyebabkan hilangnya simpati rakyat Banjar terhadap pangeran Amir, sehingga rakyat Banjar tidak ada yang membantu perjuangan Pangeran Amir, suatu  siasat yang merugikan Pangeran Amir sendiri. Memang penyerangan Pangeran Amir ini, sebagai  realisasi balas dendam akan kematian ayahanda dan saudara-saudaranya.
Penyerangan Pangeran Amir ini menyebabkan Pangeran Natanegara membuat kontrak baru dengan VOC pada tahun 1787 untuk menjaga stabilitas kekuasaannya agar tetap berada di tangannya dan garis keturunannya. Hal-hal penting dari perjanjian itu ada 4 point :
1.      Sultan menyerahkan daerah kekuasaannya atas Pasir, Laut, Pulo Tabanio, Mendawai, Sampit, Pambuang, Kotawaringin pada VOC.
2.      Kerajaan Banjar adalah vazal VOC dan Sultan cukup puas dengan “uang tahunan”
3.      Pengangkatan Sultan Muda dan Mangkubumi harus mendapat persetujuan VOC.
4.      Kerajaan Banjar, hanyalah diperintah oleh keturunan Sultan Nata Alam.
Pangeran Natanegara menyadari bahwa atas serangan Pangeran Amir dengan pasukan Bugis tersebut, dan hanya VOC yang dapat menyelamatkannya, karena itulah tidak ada pilihan lain bagi Pangeran Nata, bahwa dia harus meminta bantuan VOC untuk mengusir pasukan Bugis tersebut.
Pangeran Natanegara mengatur siasat bahwa  bagaimanapun juga Belanda harus dijadikan tameng untuk melindungi kedaulatannya, tetap terikat daengan Kesultanan Banjarmasin tetapi  bukan sebagai penguasa. Kehadiran pasukan kompeni Belanda membantu Pangeran Natanegara, merupakan pasukan juru selamat terhadap kehancuran pemerintahan  Pangeran Natanegara. Karena itulah dalam butir-butir isi perjanjian kedudukan Kompeni Belanda menunjukkan posisi dominan. Lebih tragis lagi adalah posisi Kerajaan Banjar hanya sebagai sebuah  kerajaan pinjaman dari milik kompeni Belanda.[7]
Kemenangan diplomasi yang diperoleh Pangeran Natanegara adalah bahwa kompeni Belanda harus meminjamkan Kerajaan Banjar yang merupakan pinjaman abadi, tidak boleh dibatalkan kepada Pangeran Natanegara dan keturunannya. Kemenangan diplomasi lainnya adalah bahwa kerajaan Banjar sebagai kerajaan pinjaman yang kedudukannya setengah jajahan, tetapi persetujuan itu menghasilkan keputusan bahwa Kerajaan Banjar menempati kedudukan sebagai kerajaan yang kedudukannya setarap dengan Kompeni Belanda, sebagai kerajaan merdeka.
Belanda dalam masalah kontrak yang baru dibuat  juga sebagai pimpinan bantuan untuk mengusir pasukan Bugis dari Kesultanan Banjarmasin. Pasukan Pangeran Natanegara bersama rakyat Banjar dan dibantu oleh pasukan VOC berhasil mengusir pasukan Bugis, dan menangkap Pangeran Amir dan selanjutnya dibuang ke pulau Ceylon (Srilangka). Kemenangan perang ini bagi Belanda, juga merupakan keuntungan  besar sebab, bantuan Belanda bukanlah sia-sia dan hadiah dari kemenangan itu bagi Belanda sangat besar. Hak politik berada dalam tangan Belanda atas Kesultanan Banjarmasin bahkan Kesultanan Banjarmasin tak lebih dari sebuah vazal dari  Belanda. Tetapi kenyataannya bukanlah demikian, Belanda hanya memperoleh impian dari kemenangan tersebut.
Pangeran Natanegara sekarang mulai mengatur siasat untuk mengusir kekuatan Belanda dari Kesultanan Banjarmasin. Tidak dengan kekuatan bersenjata tetapi dengan taktik perdagangan. [8]
Sejak perjanjian tahun 1787 sampai dengan 1797 merupakan sandiwara politik Kesultanan Banjar yang terbesar dengan Sultan Natanegara sebagai pemeran utamanya. Segala rencana perdagangan VOC disabot, bajak laut diorganisir untuk merampok kapal- kapal Belanda, perdagangan bebas dengan bangsa berjalan dengan lebih ramai sehingga VOC tidak berhasil memperoleh monopoli sebagaimana yang disebutkan dalam kontrak 1787.
Siasat yang paling berhasil yang dilakukan Sultan Natanegara ialah menghancurkan kebun lada sehingga populasi produksi lada berada dalam batas minimal. Menjelang tahun 1793 perdagangan  lada sangat merosot ditambah dengan bajak laut yang menutup muara sungai Barito sehingga melumpuhkan perdagangan VOC. Bagi Belanda, Banjarmasin merupakan pos  pengeluaran belaka dan sama sekali tidak mendatangkan keuntungan, bahkan menimbulkan kerugian, sehingga bagi Belanda mempertahankan melanjutkan hubungan dengan Banjarmasin menjadi beban yang berat. Dengan pertimbangan bahwa pelaksanaan  perjanjian tahun 1787 mendatangkan kerugian bagi Kompeni Belanda, Kompeni Belanda mengadakan perjanjian tahun 1789 yang sangat merugikan dan  menunjukkan kekalahan diplomasinya. Isi dari perjanjian itu menyebutkan bahwa Kompeni Belanda menetapkan Sultan Suleman Sa’idallah yang berkuasa memerintah di atas sekalipun tanah Kompeni dan Sultan pulalah yang memelihara Kerajaan itu sebagai  kepunyaan sendiri. Segala  keuntungan dari hasil kerajaan dan semua komoditi perdagangan yang sebelumnya menjadi hak Kompeni Belanda, sekarang diserahkan kepada Sultan. Kedaulatan atas daerah Pasir dan Laut Pulau yang telah diambil Kompeni, dikembalikan kepada Sultan. Biaya yang dikeluarkan Kompeni Belanda untuk memenuhi isi perjanjian tahun 1787, tidak sebanding dengan hasil yang diharapkan Belanda sebelumnya, dengan kata lain mempertahankan kedudukannya terhadap Kerajaan Banjar, Kompeni Belanda dihadapkan dengan risiko pengeluaran  biaya yang sangat besar. Kewajiban Kompeni Belanda untuk membayar tiap-tiap tahun kepada Pangeran
Setelah melihat keberhasilan politik yang dijalankan maka Pangeran Natanegara mengirimkan utusan ke pulau Pinang, pusat perdagangan Inggris untuk bersama-sama mengusir Belanda dari kerajaan Banjarmasin. Begitu pula dikirim  utusan ke Batavia, supaya VOC meninggalkan Banjarmasin. Akhirnya VOC meninggalkan Banjarmasin.Inilah bukti kemenangan diplomasi Sultan Natanegara yang menyebabkan Sultan berkuasa atas kerajaan sebagaimana sebuah kerajaan merdeka tanpa camput tangan kompeni Belanda.
Sultan Natanegara telah memainkan peranan yang  sangat penting bagi  politik kerajaan  Banjarmasin dan berhasil mempertahankan kedaulatan dan keutuhan kerajaan Banjar dari dominasi kolonialisme Belanda. Tetapi kemenangan ini di bayar mahal bagi Kesultanan Banjar. Perdagangan  merosot akibat kebun lada dihancurkan, sedangkan komoditi lada merupakan salah satu sumber devisa yang terpenting bagi kesultanan Banjarmasin. Abad ke-18 ditutup dengan meninggalnya Sultan Nata Alam, Sultan terbesar dalam kerajaan  Banjar yang meninggal pada tahun 1801.[9]

Kesimpulan
Paparan di atas menggambarkan secara jelas tentang bagaimana akhirnya VOC melakukan penetrasi Territorial Occupation yang di dapat dari perjanjian antara VOC dengan Kerajaan Banjar. Kalau kita lihat, hak octroi diperoleh VOC atas Banjar diawali karena untuk mengantisipasi serangan dari Mataram yang sedang melakukan hegemoni daerah kekuasaan atas pulau Kalimantan dengan kata lain VOC dijadikan sebagai tameng atas kerajaan yang ingin menguasi Banjar serta Belanda menjamin keamanan pelayaran Orang Banjar terhadap serangan dari Mataram. Selain antisipasi serangan kerajan lain  sangat tampak jelas bahwa hak monopoli yang diperoleh VOC tidak terlepas dari konflik Dinasti yang terjadi di kerajaan Banjar dimana Pangeran Tamjidullah berusaha mengalihkan kekuasaan dan hak mewarisi tahta kerajaan keketurunannya sendiri. Hal ini ditandai dengan menunda penobatan Mohammad Aliuddun dan lebih menonjolkan putranta Natanegara. Dengan demikian, terjadi peritiwa dimana Mohamad Aliuddin memaksa Tamjidullah untuk menyerahkan tahta kepadanya. Dalam keadaan konflik ini VOC yang sudah diberi hak monopoli sebelumnya ikut campur juga dalam urusan kerajaan.
Sultan Natanegara Putra Raja Tamjidullah mengadakan perjanjian dengan VOC setelah mendapat serangan dari saingannya pangeran Amir putra Mohamad Aliuddin untuk mengusir pangeran Amir yang meminta bantuan kepada pamannya orang Bugis Arung Tarawe. Dalam perjanjian itu dijelaskan bahwa kerajaan Banjar sebagai kerajaan pinjaman yang kedudukannya setengah jajahan, tetapi persetujuan itu menghasilkan keputusan bahwa Kerajaan Banjar menempati kedudukan sebagai kerajaan yang kedudukannya setarap dengan Kompeni Belanda, sebagai kerajaan merdeka. Hasilnya pasukan Pangeran Natanegara bersama rakyat Banjar dan dibantu oleh pasukan VOC berhasil mengusir pasukan Bugis, dan menangkap Pangeran Amir dan selanjutnya dibuang ke Srilangka.
Dapat dilihat lagi bagaimana Sultan Natanegara berhasil memainkan peran penting bagi politik Kerajaan Banjar, setelah berhasil mengusir pasukan Bugis dan membuang pangeran Amir,  Pangeran Natanegara mulai mengatur siasat untuk mengusir kekuatan Belanda dari Kesultanan Banjar. Tidak dengan kekuatan bersenjata tetapi dengan taktik perdagangan yang membuat Belanda merasa rugi untuk mempertahankan Banjarmasin. Segala rencana perdagangan VOC disabot, bajak laut diorganisir untuk merampok kapal- kapal Belanda, perdagangan bebas dengan bangsa berjalan dengan lebih ramai sehingga VOC tidak berhasil memperoleh monopoli sebagaimana yang disebutkan dalam kontrak yang telah disepakati. Mempertahankan Banjar berarti beban dan VOC pun akhirnya meninggalkan Banjar dan sebagaimana sebuah kerajaan merdeka tanpa campur tangan kompeni Natanegara berhasil.

Daftar Pustaka
Poeponegoro, Marwati D. 2008. Sejarah Nasional Indonesia jilid III. Balai Pustaka: Jakarta
Kartodirdjo, Sartono. 1999 Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900. Gramedia Pustaka:Jakarta
Paper Politik dan perdagangan lada di Kesultanan Banjarmasin (1747 - 1781) oleh Sulandjari Perpustakaan Universitas Indonesia Tesis S2 .Deskripsi Dokumen: http://www.lontar.ui.ac.id//opac/themes/libri2/detail.jsp?id=82338&lokasi=lokal
Sejarah Banjar (Badan penelitian dan Pengembangan Daerah Kalimantan Selatan)


[1]  Poesponegoro, Marwati D dan Notosusanto, Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia III (Balai Pustaka/Jakarta, 2008) , hlm.52
[2] Kartodirdjo, Sartono. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900. ( Gramedia Pustaka/Jakarta,1999), hlm. 122
[3] Ibid.Sejarah Nasional Indonesia III., hlm 383
[4] Ibid Sejarah Nasional Indonesia III,.hlm 383
[5] Ibid. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 Dari  Emporium Sampai Imperium, hlm.258

Kerajaan Islam Malaka

PENDAHULUAN    
Pada akhir abad XIV dan pada awal abad XV, pengaruh Majapahit diseluruh Nusantara mulai berkurang. Pada masa itu pula berdiri suatu Negara perdagangan Melayu yang baru di Nusantara bagian Barat yaitu Kerajaan Malaka.
Asal usul Kerajaan Malaka dikatakan didirikan oleh seorang putra keturunan dari Kerajaan Sriwijaya yang berhasil meloloskan diri sewaktu terjadi penyerangan Majapahit tahun 1377 dan tiba di Malaka Tahun 1400.
Prameswara menjadi pendiri Kerajaan Malaka hingga nantinya Malaka dimungkinkan merupakan kerajaan yang terbesar diantara kerajaan-kerajaan perdagangan yang menganut agama Islam. Pertumbuhan Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh ramainya perdagangan internasional Samudera Hindia. Pelabuhan Malaka dijadikan sebagai tempat persinggahan para pedagang dari berbagai bangsa, terutama pedagang yang beragama Islam.
Berdirinya Kerajaan Islam Malaka
Kesultanan Melaka (1402 - 1511) adalah sebuah kesultanan yang didirikan oleh Parameswara, seorang putra Melayu berketurunan Sriwijaya. Parameswara merupakan turunan ketiga dari Sri Maharaja Sang Utama Parameswara Batara Sri Tri Buana (Sang Nila Utama), seorang penerus raja Sriwijaya. Sang Nila Utama mendirikan Singapura Lama dan berkuasa selama 48 tahun. Kekuasaannya dilanjutkan oleh putranya Paduka Sri Pekerma Wira Diraja (1372 – 1386) yang kemudian diteruskan oleh cucunya, Paduka Seri Rana Wira Kerma (1386 – 1399). Parameswara, putra dari Seri Rana Wira Kerma mengungsi dari Blambangan ke Tumasik (Singapura), karena takut akan serangan balasan raja Pahang yang datang ke Tumasik dengan armadanya untuk membalaskan kematian saudaranya yang dibunuh oleh Parameswara. Daerah Tumasik dianggap kurang aman dan kurang sesuai untuk mendirikan kerajaan. Karena itu, Parameswara beserta pengikutnya melanjutkan perjalanannya ke arah utara dan akhirnya tiba di Malaka pada tahun 1400 [1]yang pada waktu itu masih merupakan desa kecil di pantai barat Semenanjung, dan menjadi sarang perompak, bajak laut, dan nelayan. Dikampung Malaka itu dalam waktu singkat Parameswara menjadi orang yang paling berkuasa.
            Pada tahun 1403, seluruh Tiongkok dikuasai oleh kaisar Yung-lo dari Rajakula Ming. Sejak Yung-lo alias Ch’eng tsu, demi peningkatan kesejahteraan rakyatnya dan demi kepentingan istananya dia berusaha memperbaiki hubungan dagang dan politik luar negeri. Perencanaan pemulihan itu diserahkan kepada cheng Ho alias Sam Po Bo. Perutusan pertama dipimpin oleh Laksamana Ying Ching, dikirim pada tahun 1403 menuju Jawa dan Kalikut, perutusan kemudian singgah di Malaka. Parameswara menggunakan kesempatan mendadak itu. Sebagai orang yang berkuasa di kampung Malaka, ia menemui laksamana Yin Ching dan meminta supaya diakui oleh Kaisar Tiongkok sebagai penguasa pantai Malaka. Yin Ching, yang memang bertugas untuk mencari hubungan dengan Negara-negara asing segera menyanggupinya. Akibat pengakuan itu, ia akan memperoleh perlindungan dan bantuan dari Tiongkok, jika Malaka suatu saat nanti di serang Siam. Untuk memperoleh pengakuan itu Parameswara mempersembahkan bungan emas sebanyak 40 tahil kepada laksamana Yin Ching.[2]
            Pada tahun 1405, raja Parameswara segera mengirim utusan ke istana Peking untuk secara resmi minta pengakuan dari kaisar Yung-lo. Utusan dikaruniai sebuah cap, pakaian dari kain sutra dan pajong kuning, suatu bukti besar bahwa kaisar yung-lo memberikan pengakuan secara resmi kepada Negara Malaka, yang dipimpin oleh Parameswara. Namun pengakuan itu tidak dapat membendung Siam untuk menyerbu Malaka, tahun 1409 Siam menyerbu Malaka pada tahun itu juga armada Tiongkok dibawah pimpinan laksamana Cheng Ho alias Sam Po Bo singgah di Malaka. Untuk menunjukkan kepada Siam bahwa Tiongkok benar-benar bersahabat dengan Malaka. Barang siapa yang mengganggu ketentraman Malaka, akan mendapat serangan dari pihak armada Tiongkok. Cheng Ho menghadiahkan genting kepada raja Parameswara untuk mengatap istana.
Dua tahun kemudian, Parameswara mengadakan kunjungan balasan ke istana Peking dengan pengiring sebanyak 540 orang. Kunjungan itu disambut meriah oleh kaisar.  Kunjungan itu benar-benar mempererat hubungan antara Tiongkok dengan Malaka. Sejak itu tentara Siam tidak berani lagi menginjakkan kakinya di Malaka.
            Berkat persahabatannya dengan Raja Tiongkok, kedudukan raja Parameswara semakin hari bertambah kuat. Raja Parameswara mulai menyempurnakan pelabuhan Malaka demi kesejahteraan rakyatnya. Malaka menjadi Bandar yang kaya raya, raja Parameswara juga memberikan jaminan keamanan kepada setiap saudagar yang datang dengan perahunya di pelabuhan Malaka.[3]
Aktivitas perdagangan di Selat Malaka pada waktu itu didominasi oleh pedagang islam. Tampaknya pada masa akhir pemerintahannya (1402-1414) dia menganut agama Islam dan memakai nama Iskandar Syah[4] dan menjadikan Kerajaan Malaka sebagai Kerajaan Islam.
Berdasarkan laporan dari kunjungan Laksamana Cheng Ho pada 1409 menyiratkan bahwa Parameswara kemudian menganut agama Islam setelah menikahi putri Pasai. Pada saat itu Parameswara masih berkuasa,dan raja dan rakyat Melaka sudah menjadi muslim.
          Dalam Hikayat Patani terdapat cerita tentang peng-islam-an raja Patani yang bernama Paya Tu Naqpa dilakukan oleh seorang dari Pasai yang bernama Syaikh Sa’id karena berhasil menyembuhkan raja Patani itu. Setelah masuk islam raja berganti nama yaitu sultan Islmail Syah Zaizullah Fil’alam dan juga ketiga putra dan putrinya yaitu Sultan Mudhaffar Syah, Siti Aisyah, dan Sultan Mansur. Pada masa pemerintahan Sultan Mudhaffar Syah dating seorang ulama lagi dari Pasai yang bernama Syaikh Saifuddin yang atas perintah raja ia mendirikan mesjid untuk orang-orang muslim Patani.[5]
Sejarah Melayu menuliskan kisah mengenai masuk islamnya Raja Malaka. Raja ini juga bermimpi bahwa Nabi menampakkan diri kepadanya, mengajarinya cara mengucapkan dua kalimat syahadat, memberinya nama baru Muhammad, dan memberitahukannya bahwa hari berikutnya akan tiba sebuah kapal dari negeri Arab yang mengangkut seorang ulama yang harus dipatuhinya. Setelah terjaga, raja itu mendapati bahwa dirinya telah dikhitan secara gaib. Kemudian kapal pun tiba, dari kapal itu turunlah Sayid Abdul Aziz untuk bersembayang dipantai. Penduduk terheran heran dan menanyakan arti dari gerakan-gerakan ritual itu. Raja memberitahu bahwa kesemuanya itu sama seperti yang ada dalam mimpinya. Sesudah itu, para pejabat istana mengikutinya memeluk Islam. Raja itu pun menyandang gelar Sultan Muhammad Syah dan memerintah seluruh rakyatnya untuk memeluk islam. Sayid Abdul-Aziz kemudian menjadi guru raja.[6]
Pada 1414 Parameswara digantikan putranya, Megat Iskandar Syah.  Megat Iskandar Syah memerintah selama 10 tahun, dan digantikan oleh Muhammad Syah. Putra Muhammad Syah yang kemudian menggantikannya, Raja Ibrahim, tampaknya tidak menganut agama Islam, dan mengambil gelar Seri Parameswara Dewa Syah. Namun masa pemerintahannya hanya 17 bulan, dan dia mangkat karena terbunuh pada 1445. Saudara seayahnya, Raja Kasim, kemudian menggantikannya dengan gelar Sultan Mudzaffar Syah.[7] Di bawah pemerintahan Sultan Mudzaffar Syah Malaka melakukan ekspansi di Semenanjung Malaya dan pantai timur Sumatera (Kampar dan Indragiri). Ini memancing kemarahan Siam yang menganggap Melaka sebagai bawahan Kedah, yang pada saat itu menjadi vassal Siam. Namun serangan Siam pada 1455 dan 1456 dapat dipatahkan. Di bawah pemerintahan raja berikutnya yang naik tahta pada tahun 1459, Sultan Mansur Syah, Melaka menyerbu Kedah dan Pahang, dan menjadikannya negara vassal. Di bawah sultan yang sama Johor, Jambi dan Siak juga takluk. Dengan demikian Melaka mengendalikan sepenuhnya kedua pesisir yang mengapit Selat Malaka.
Mansur Syah berkuasa sampai mangkatnya pada 1477. Dia digantikan oleh putranya Alauddin Riayat Syah. Sultan memerintah selama 11 tahun, saat dia meninggal dan digantikan oleh putranya Sultan Mahmud Syah.  Mahmud Syah memerintah Malaka sampai tahun 1511, saat ibu kota kerajaan tersebut diserang pasukan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque. Serangan dimulai pada 10 Agustus 1511 dan berhasil direbut pada 24 Agustus 1511. Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan dan mendirikan ibukota baru di sana. Pada tahun 1526 Portugis membumihanguskan Bintan, dan Sultan kemudian melarikan diri ke Kampar, tempat dia wafat dua tahun kemudian. Putranya Muzaffar Syah kemudian menjadi sultan Perak, sedangkan putranya yang lain Alauddin Riayat Syah II mendirikan kerajaan baru yaitu Johor.
Daftar raja-raja Malaka
  1. Parameswara (1402-1414)
  2. Megat Iskandar Syah (1414-1424)
  3. Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
  4. Seri Parameswara Dewa Syah(1444-1445)
  5. Sultan Mudzaffar Syah (1445-1459)
  6. Sultan Mansur Syah (1459-1477)
  7. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
  8. Sultan Mahmud Syah (1488-1528)
KESIMPULAN
Kerajaan Malaka yang terletak disemenanjung Malaya didirikan oleh Parameswara, putra Melayu keturunan Sriwijaya yang melarikan diri ke daerah Malaka dari pengejaran tentara Siam.
Parameswara kemudian mengadakan hubungan kerjasama dengan Tiongkok untuk meperkuat kekuasaanya. Malaka pada akhirnya menjadi pelabuhan yang kaya raya.
Proses islamisasi di Malaka erat kaitannya dengan kerajaan Pasai dimana Parameswara menikahi putrid Pasai.

DAFTAR PUSTAKA
Ricklefs. M.C. Sejarah Indonesia Modren 1200-2008. Jakarta: Serambi, 2008.
Kartodirdjo, Sartono. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1999. 
Muljana, Slamet. Runtuhnya Kerajaan Hindu – Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara. Yogyakarta, Lkis Printing Cemerlang,2005.
Sejarah Nasional Indonesia III



[1] M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modren 1200-2008 (Serambi/Jakarta,2008),hlm. 36.

[2] Prof. Dr. Slamet Muljana,Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara,hal.143.
[3]Ibid, Prof. Dr. Slamet Muljana. hal 142
[4] Ibid M.C. Ricklefs., hlm 37.
[5] Sejarah Nasional Indonesia III
[6] Ibid M.C. Ricklefs,. hlm 17.                                                      

[7] Ibid M.C. Ricklefs,. hlm 37.

Kamis, 03 Maret 2011

_L i r i h_

Kini tlah kusadari 
Dirimu tlah jauh dari sisi
Kutau tak mungkin kembali kuraih
Semua hanya mimpi

Ingin ku coba lagi 
Mengulang yang telah terjadi
Tetapi semua sudah tak berarti 
Kau telah pergi

Adakah kau mengerti kasih
Rindu hati ini tanpa kau disisi
Mungkin kah kau percaya kasih
Bahwa diri ini ingin memiliki lagi

Kusadari kembali
Ternyata semua khayal diri
Kini kutau tak mungkin ada waktu
Untuk mencintaimu lagi

Mungkinkah kau percaya kasih
Rindu hati ini tanpa kau disisi
Mungkinkah kau percaya kasih
Bahwa diri ini
Ingin memiliki
Lagi…

mungkinkah kau percaya kasih
bahwa diri ini ingin memiliki lagi
mungkinkah kau percaya kasih
bahwa diri ini ingin memiliki
l a g i…


Minggu, 13 Februari 2011

Kisah Ibu Bermata Satu

Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya sungguh memalukan. Ia menjadi juru masak di sekolah, untuk membiayai keluarga. Suatu hari ketika aku masih SD, ibuku datang. Aku sangat malu. Mengapa ia lakukan ini? Aku memandangnya dengan penuh kebencian dan melarikan. Keesokan harinya di sekolah
“Ibumu hanya punya satu mata?!?!” Ieeeeee, jerit seorang temanku.
Aku berharap ibuku lenyap dari muka bumi. Ujarku pada ibu, “Bu. Mengapa Ibu tidak punya satu mata lainnya? Kalau Ibu hanya ingin membuatku ditertawakan, lebih baik Ibu mati saja!!!” Ibuku tidak menyahut.
Aku merasa agak tidak enak, tapi pada saat yang bersamaan, lega rasanya sudah mengungkapkan apa yang ingin sekali kukatakan selama ini. Mungkin karena Ibu tidak menghukumku, tapi aku tak berpikir sama sekali bahwa perasaannya sangat terluka karenaku.

Malam itu..
Aku terbangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku sedang menangis, tanpa suara, seakan-akan ia takut aku akan terbangun karenanya.
Aku memandangnya sejenak, dan kemudian berlalu. Akibat perkataanku tadi, hatiku tertusuk. Walaupun begitu, aku membenci ibuku yang sedang menangis dengan satu matanya. Jadi aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan tumbuh dewasa dan menjadi orang yang sukses.
Kemudian aku belajar dengan tekun. Kutinggalkan ibuku dan pergi ke Singapura untuk menuntut ilmu. Lalu aku pun menikah. Aku membeli rumah. Kemudian akupun memiliki anak. Kini aku hidup dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai tempat tinggalku karena tidak membuatku teringat akan ibuku. Kebahagian ini bertambah terus dan terus, ketika..

Apa?! Siapa ini?! Itu ibuku.
Masih dengan satu matanya. Seakan-akan langit runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku berlari ketakutan, ngeri melihat mata Ibuku. Kataku,
“Siapa kamu?! Aku tak kenal dirimu!!” Untuk membuatnya lebih dramatis, aku berteriak padanya, “Berani-beraninya kamu datang ke sini dan menakuti anak-anakku! !”
“KELUAR DARI SINI! SEKARANG!!”

Ibuku hanya menjawab perlahan,
“Oh, maaf. Sepertinya saya salah alamat,” dan ia pun berlalu. Untung saja ia tidak mengenaliku.
Aku sungguh lega. Aku tak peduli lagi. Akupun menjadi sangat lega. Suatu hari, sepucuk surat undangan reuni sekolah tiba di rumahku di Singapura. Aku berbohong pada istriku bahwa aku ada urusan kantor. Akupun pergi ke sana. Setelah reuni, aku mampir ke gubuk tua, yang dulu aku sebut rumah..
Hanya ingin tahu saja. Di sana, kutemukan ibuku tergeletak di lantai yang dingin. Namun aku tak meneteskan air mata sedikit pun. Ada selembar kertas di tangannya. Sepucuk surat untukku.

“Anakku..Kurasa hidupku sudah cukup panjang.. Dan..aku tidak akan pergi ke Singapura lagi.. Namun apakah berlebihan jika aku ingin kau menjengukku sesekali? Aku sangat merindukanmu. Dan aku sangat gembira ketika tahu kau akan datang ke reuni itu. Tapi kuputuskan aku tidak pergi ke sekolah. Demi kau.. Dan aku minta maaf karena hanya membuatmu malu dengan satu mataku. Kau tahu, ketika kau masih sangat kecil, kau mengalami kecelakaan dan kehilangan satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tak tahan melihatmu tumbuh hanya dengan satu mata. Maka aku berikan mataku untukmu. Aku sangat bangga padamu yang telah melihat seluruh dunia untukku, di tempatku, dengan mata itu. Aku tak pernah marah atas semua kelakuanmu.
Ketika kau marah padaku.. Aku hanya membatin sendiri,
“Itu karena ia mencintaiku” Anakku! Oh, anakku!”

kebaikan yang mereka nikmati itu adalah karena kebaikan orang lain secara langsung maupun tak langsung. Berhentilah sejenak dan renungi hidup Anda! Bersyukurlah atas apa yang Anda miliki sekarang dibandingkan apa yang tidak dimiliki oleh jutaan orang lain! Luangkan waktu untuk mendoakan ibu Anda!

Pembicaraan Bayi dgn TUHAN sebelum dilahirkan :)

Suatu ketika..seorang bayi siap dilahirkan ke dunia, menjelang diturunkan ... Dia bertanya kepada TUHAN :
bayi : "para malaikat di sini mengatakan, bahwa besok engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi....bagaimana cara saya hidup di sana,saya begitu kecil dan lemah"
TUHAN : "aku telah memilih satu malaikat untukmu..ia akan menjaga dan mengasihimu"
bayi : "tapi di surga apa yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa ini cukup bagi saya untuk bahagia"
TUHAN : "malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari, dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan lebih berbahagia"
bayi : "dan apa yang dapat saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadamu?"
TUHAN : "malaikatmu akan mengajarkan..bagaimana cara kamu berdoa"
bayi : "saya mendengar bahwa di bumi banyak orang jahat,siapa yang akan melindungi saya"?
TUHAN : "malaikatmu akan melindungimu, dengan taruhan jiwanya sekalipun"
bayi : "tapi saya akan bersedih karena tidak melihat engkau lagi"
TUHAN : "malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepadaku, walaupun sesungguhnya aku selalu berada di sisimu"
saat itu surga begitu tenangnya...sehingga suara dari bumi dapat terdengar dan sang anak dengan suara lirih bertanya
bayi : "TUHAN..........jika saya harus pergi sekarang, bisakah engkau memberitahuku, siapa nama malaikat di rumahku nanti"?
TUHAN : "kamu dapat memanggil nama malaikatmu itu...... I B U ..."

kenanglah ibu yang menyayangimu..
Untuk ibu yang selalu meneteskan air mata ketika kau pergi...
Ingatkah engkau ketika ibumu rela tidur tanpa selimut demi melihatmu tidur nyenyak dengan dua selimut membalut tubuhmu..
Ingatkah engkau..ketika jemari ibu mengusap lembut kepalamu?
Dan ingatkan engkau ketika air mata menetes dari mata ibumu ketika ia melihatmu terbaring sakit...
Sesekali jenguklah ibumu yang selalu menantikan kepulanganmu di rumah tempat kau dilahirkan..
Kembalilah...mohon maaf...pada ibumu yang selalu rindu akan senyumanmu..
Jangan biarkan kau kehilangan saat-saat yang akan kau rindukan di masa datang,ketika ibu telah tiada...
Tak ada lagi di depan pintu yang menyambut kita...,tak ada lagi senyuman indah...tanda bahagia..
Yang ada hanyalah kamar kosong tiada penghuninya..yang ada hanyalah baju yang digantung di lemarinya..
Tak ada lagi..dan tak akan ada lagi.. 
Yang akan meneteskan air mata mendo'akanmu disetiap hembusan nafasnya..
Pulang..dan kembalilah segera...peluklah ibu yang selalu menyayangimu..
Ciumlah kaki ibu yang selalu merindukanmu dan berikanlah yang terbaik di akhir hayatnya....

Ibu selalu tahu

Tiap kali menatap wajah ibu, hatiku akan bersimbah cinta…
Menelusuri tiap lekuk garis wajahnya yang menua..
Mengamati tiap helai rambutnya yang memutih..
Ku pandang ibu dalam lelap tidurnya..
Duhai Rabb, betapa muliah Engkau ciptakan dia.
Entah dari mana engkau bentuk hatinya yang begitu tulus..
Ku raba tangannya yang mulai keriput, tangan kasar namun bertabur berkah..
Ku ingin menciumnya agar berkah itu mengalir padaku..
Duhai penguasa jagad raya..
Alangkah tegar dia Kau bentuk, namun betapa lembut kasihnya Kau curahkan..
Ibu..
Menggoreskan tentangmu, tak akan ada kata yang mampu mewakilkannya..
Menggambarkan indahmu tak ada tinta yang mampu mewarnai sucimu..
Menguntai kata terindah untukmu, tak akan ada pujangga yang mampu menuliskan keagunganmu..
I B U
Bisa apa aku tanpamu..?
Saat ku gelisah, kau tau ada yang mengganggu fikirku.. Dan belaianmu mampu menenangkanku..
Saat ku menangis, kau tahu ada yang mengusik hatiku.. Dan senyumanmu akan mendamaikan qalbuku..
Ketika malam tiba, kau tahu ku takut gelap.. Dan aku akan segera mendapatkan pelukanmu, dan sirna sudah takutku.. Ketika ku sakit, ibu tahu penderitaanku, dan ku yakin dia merasakan jauh lebih sakit dari yang ku rasakan, akan ku temukan raut sedih dan air mata tiap menatapku yang lemah.
Ibu tahu betapa sedihnya aku ketika ku gagal meraih apa yang ku inginkan.. Dan dia akan memacu semangatku lagi.
Ibu tahu saat ku jatuh cinta, dan senyumnya akan menggodaku, namun nasihatnya membuatku tak berani melangkah terlalu jauh..
Ibu tahu ketika ku lelah, pijatannya mampu mengantarku dalam tidur yang lelap.. Ibu tahu tiap detail kesukaanku.. Dan apa yang tak kusuka. Ibu tahu semua makanan favoritku..
Ibu tahu saat ku begadang mengerjakan tugas-tugasku, dan akan ku temukan segelas susu atau kopi hangat di atas mejaku..
Ibu tahu, aku begitu sibuknya dan tak sempat membereskan kamar dan pakaian kotorku sehingga dia yang mengerjakan semuanya..
Ibu tahu ketika ku pulang, aku akan begitu laparnya sehingga tiap ku tiba, di meja telah tersaji makanan favoritku.. Ketika ku jauh dari ibu..
Ibu tahu saat ku rindu padanya, maka tak lama HP ku akan berdering dan ibulah yang menelponku.. Saat ku sakit ibu tahu, dan jauh di sana ibupun akan gelisah.. Ibu pun tahu betapa besarnya cintaku padanya, walau..
Aku tak pernah tahu, bila ibu sakit, aku tetap lelap dalam tidurku.. Dan ibu akan tertatih meraba mencari obat sendiri untuk mengatasi sakitnya..
Aku tak pernah tahu, bila ibu galau, dan aku mengabaikan keluhannya.. Dan ibu akan memikirkan masalahnya sendiri..
Aku tak pernah tahu, ketika ibu lelah mengurusi smua kebutuhanku, dan tak ku pedulikan rintihan pegal badannya.. Dan ibu akan mengatasi pegalnya dengan mencoba memijat dirinya sendiri..
Aku tak pernah tahu jika ibu melarangku, itu untuk kebaikanku, dan aku berlalu dari hadapannya dengan wajah tertekuk, dan ibu terluka..
Aku tak pernah tahu, jika ibu mengomel, itu smua agar aku tak melakukan kesalahan yang sama lagi. Namun ku membalas dengan kata-kata yang mampu melukai hatinya..
Ibu.. Selalu tahu.. Namun aku.. Tak pernah tahu..  
“Allahummaghfirlana wa li walidaina warhamhuma kama rabbayana shighara” Amin….amin ya Rabbal alamin.